Please...

Dear Viewers,
I shared my stories, my flash fiction, or my flash true story.
So, please do not copy what is written here. If you want to copy, please provide the name of the author and the source.

Don't be a silent reader, please!
Tinggalkan jejakmu disini ^^

Thanks ^^

Jumat, 04 Maret 2011

Sahabat, dengarlah...


Aku seorang gadis remaja berumur 15 tahun yang sedang asyik-asyiknya melewati hari-hari kelas 1 SMA dengan bercanda dengan teman se-genk. Tak pernah terlintas di pikiranku untuk mencari pacar. Yang ada cuma teman, teman dan teman.
                Namun, hari Sabtu kemarin lain lagi ceritanya. Ada sesuatu yang meyelinap dengan perlahan dan memenuhi pikiranku secara tidak sadar. Hal yang terbaca hanya di dalam novel yang sering kubaca, bukan di dalam hidupku.
                Suatu perasaan yang hanya orang dewasa saja yang paham, resah yang hanya orang yang bersangkutan yang merasakan, takut yang hanya...entahlah aku bingung. Yang jelas, aku suka sama dia! Aku tidak tahu bagaimana perasaanku sendiri, apa yang harus kulakukan, mengapa aku begini dan semua tetek-bengeknya aku nggak tahu. Dan aku, Cuma bisa curhat sama kamu sekarang ini. Sobat, dengar ya...
                Senin kemarin, Ulangan Umum Semester I dimulai. Aku terpaksa harus bangun setiap subuh dan tidur siang agar aku memiliki cukup waktu untuk belajar. Aku juga belajar dan les sana-sini agar belajarku semakin maksimal. Dan di tengah ‘perang’ ku dengan UUS, perasaanku ( sepertinya ) berbalas. Yiihhaa!
                Awalnya datang hanya mengitip cinta
                Lalu muncul dengan senyumnya khas
                Bejalan tegap dekati aku
                Aku bingung, balas senyum kaku
                Namun cinta, bawa keindahan
                Itu puisi yang aku tulis sendiri berdasarkan imajiku. Awalnya dia sms hanya menanyakan tentang dimensi dari kecepatan. Aku membalas saja persis seperti di buku catatanku ( yang buatku bingung adalah: dia itu anak paling pintar di kelas! ). Namun, nggak tahu bagaimana prosesnya, sms itu berlanjut. Saling melontarkan lelucon—obat ampuh menghilangkan stres karena menempuh UUS selama 8 hari! Lalu merambat perlahan ke pertanyaan basa-basi seperti ‘ Udah mandi belom? ’ atau ‘ Udah makan? ‘ Jujur aku senang dengan perhatian kecilnya itu. Tapi, dia juga bisa berubah jadi sangat lebay atau mungkin gombal!
                Lama-lama, aku merasa resah. Kau boleh ketawa kalau ini memang lucu tapi serius, aku takut kalau-kalau dia benar-benar suka aku dan menghendaki aku jadi pacarnya. Apa yang aku harus lakukan? Ya, tentu kau akan bilang begini, “ Terima saja dia, kau kan juga suka.” Yeah, itu memang mudah diucapkan tapi susah di faktakan, sobat.
                Begini duduk masalahnya, ibuku melarangku untuk  berpacaran sebelum aku kuliah. Sebelum ini aku juga sependapat dengan ibu, tapi kini, entah bagaimana... Dan sekarang, aku malah seakan memberi harapan kosong. Terus membalas sms yang aku aku tahu ada maksudnya ( sekali lagi bukannya aku GR, tapi dia beberapa kali memberi sinyal-sinyal seperti itu ).


                Aku mencoba membalas sms-nya sesingkat-singkatnya. Sepertinya itu ampuh, sms kami tidak sampai menghabisi bonus sms-ku ( yak, kau boleh bilang aku pelit! ). Tapi, sekali lagi aku yang resah sendiri. Aku merasa kangen ( mungkinkah? ). Akhirnya malah aku yang tak tahan dan esoknya kembali seperti biasa. Lalu, aku merasa resah lagi dan tidak membalasnya lagi. Lalu merasa kangen lagi. Dan...begitu seterusnya.
                Lalu, apa hubungan kami harus seperti ini terus? Aku merasa capek. Hampir saja aku menyerah dengan keadaan ini, sobat.
                Lalu kamu berkata padaku, “ Ikuti saja apa hatimu bilang. Itu akan lebih baik daripada kamu mengikuti ego-mu yang berlebihan dan kadang aneh-aneh itu.”
                Sontak aku memukul bahumu pelan. Tapi, rasa resah itu berubah jadi perasaan yang menyenangkan yang belum aku rasakan 15 tahun ini. Dan resah itu menghilang bersama kepalan tanganku yang terayun ke bahumu itu.
                Terima kasih, sobat. Kamu membagi beban di pundakku dengan pundakmu. Kelak kau juga harus cerita padaku tentang lelaki yang membuat wajahmu memerah kemarin. ^o^

-Yolanda Yoe-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading


sincerely,
Mensiska J. Suswanto