Please...

Dear Viewers,
I shared my stories, my flash fiction, or my flash true story.
So, please do not copy what is written here. If you want to copy, please provide the name of the author and the source.

Don't be a silent reader, please!
Tinggalkan jejakmu disini ^^

Thanks ^^

Minggu, 13 Juni 2010

Yolanda & Darry

Teman teman... pada blog pertama saya, saya akan share cerpen buatanku..enjoy it!

Semalam aku menemui Gita, katanya Darry kecelakaan pesawat ke Jakarta dua minggu yang lalu.

Aku yang tadinya sedang asik menonton televisi jadi melamun.Dua minggu yang lalu….berarti seminggu setelah kami pisah.Untuk apa dia pergi ke Jakarta? Apa dia udah ada temen cewek lain?Damn it!

“Kring-kring-kring.”

Uhh, telepon sialan.Memangnya nggak tahu, ya kalo aku lagi ngelamun?Dengan terpaksa, aku menyeret kedua kakiku yang pegel-pegel karena habis lari pagi.

“Halo!Dengan Yolanda di sini, ada yang bisa saya bantu?”

“Yolanda, ini aku, Gita.Darry kritis! Kamu yakin nggak mau jenguk?Lihat dulu keadaannya, baru marah lagi.Dia butuh kamu!”Gita bicara sangat tergesa-gesa seakan bumi akan terbelah dua dan kami tidak bisa bertemu lagi.

“Pelan-pelan kalo ngomong.Aku udah sepakat sama diri aku sendiri kalo aku nggak bakalan ketemu sama dia lagi.Titik!”Teriakku sambil segera mencabut kabel telepon.Agar Gita dan siapapun nggak ada yang bisa maksa aku untuk jenguk dia.Lagipula, aku nggak mau di ganggu, banyak tugas yang harus di kumpulkan besok kalo nggak dosenku bisa marah.

Dengan sewotnya, aku berjalan ke kamar mandi, ganti pakaian, dan mengerjakan tugas yang datang menghampiriku.

Besoknya…

“Kamu jahat banget sih? Kemaren kita semua ke rumah sakit, berdoa buat kesembuhannya. Kamu….”Sambar Gita begitu tiba di kelas.

Dengan berat hati dan takut di kira orang yang tak bernurani,Aku angkat bicara juga,”Gimana keadaannya?”Walaupun malas, aku berusaha terlihat khawatir.

“Kau mengkhawatirkannya?”Tanya Gita sambil mempertajam tatapannya.

Aku merasa terjebak.Kalau tadi aku nggak nanya begitu, nanti dia kira aku egois.Di saat aku udah bertanya begitu, dia malah mengira aku khawatir pada si monyet itu.Tapi,…apa aku memang tak merasa khawatir padanya?

“Kamu sungguh-sungguh masih sayang padanya?”Gita masih dengan semangatnya menatap sadis padaku.

Dengan keadaan masih tak yakin, aku menjawab,“Aku khawatir sebagai teman, aku sayang juga sebagai teman.Nggak lebih.”

“Ya udah,Aku bisa ngerti jadi kamu.Tapi, kalau memang udah selesai, mau di apakan lagi?Bersikaplah sebagai teman.Lupakan masalah kalian sebagai sepasang kekasih, toh udah putus.Datang juga menjenguk, kita-kita juga masih pengen menjenguk.”Jelas Gita dengan mimik dewasa.

Aku masih bingung,”Kapan?”

“Nanti siang.Kemaren, keadaannya kritis.”Raut muka Gita jadi sedih. ”Datanglah menjenguk, Darry pasti akan senang.Aku amat mengharapkan kedatanganmu, barangkali itu bisa membantunya melewati semua ini.”Matanya merah.

Melihat seorang Gita yang sama sekali tak suka menangis jadi mau menangis sepert ini, aku jadi merasa bersalah.Aku merasa amat sangat egois tanpa memperhitungkan perasaan Gita. Sebagai adik, Gita sangat menyayangi darry.

Aku memutuskan ikut mereka ke rumah sakit tempat Darry di rawat.Padahal, aku sudah sepakat dengan diriku sendiri bahwa aku tidak akan bertemu dengannya lagi, tapi, ini lain.Aku ke sana untuk Gita dan demi kesembuhannya.Seperti yang lainnya.Bukan mau menyesali perpisahan ini dan memintanya kembali, bukan juga untuk membalas sakit hati.

Siangnya…

Gita sudah menungguku di tempat parkir dengan 5 orang teman-teman Darry.Semuanya laki-laki. Aku pernah bertemu mereka waktu Darry memperkenalkan aku dengan teman-temannya.

“Yuk, berangkat!”Ajak Gita.

Kalau Gita mungkin sudah akrab dengan mereka.Karena, hampir setiap hari mereka main ke rumah Darry yang juga rumahnya Gita. Denger-denger, salah satu dari mereka ada yang smpet pacaran sama Gita.Entah itu kenyataan, atau cuma gossip.Aku pernah bertanya pada Darry, tapi dia juga nggak tahu pastinya.

“Kita berangkat pake 2 mobil aja, gimana?”Usul Gita.

Dipikir-pikir, memang nggak bakal muat kalau cuma 1mobil.Kita semua ada 7 orang.Teman-teman Darry semuanya besar-besar dan berotot, mana mungkin muat dalam 1 mobil?

“Biar kita berempat naik mobilku.Kalau Michael, ngikut elu.”ujar cowok berambut acak-acakan dan paling berantakan dari 4 cowok lainnya.

Darry pernah bilang padaku agar jauh-jauh dari temannya yang satu itu, karena dia hidup sangat bebas.Dan sampai sekarang aku masih menurutinya.

“Oke!”Jawab Gita sambil menarik tanganku.

Rumah sakit…

Semuanya tak ada yang bersuara.Kami diizinkan satu persatu untuk masuk menjenguk Darry.Awalnya aku tak mau.Aku bilang pada Gita kalau aku belum siap bertemu dengannya dalam keadaan sendirian.Tapi, ia pintar-pintar menjawab.

“Tenang.Dia itu lagi sakit.Kemungkinan besar dia tidur.Jadi, kamu nggak akan bertemu dengannya.”

“Tapi, kalau dia sudah bangun bagaimana?”Tanyaku gelisah.

“Malah lebih bagus.Kalian bisa belajar dari sekarang bersikap sebagai teman, bahkan sahabat.”

Saat Gita selesai bicara begitu, teman Darry yang lain sudah keluar.Itu tandanya aku sudah harus bersiap bertemu dengan Darry.Semuanya sudah menjenguk kecuali aku.

Di dalam, bau obat-obatan amat tercium baunya.Aku heran dengan Darry yang tahan dengan bau setajam ini.Darry masih memejamkan matanya.Berarti aku tidak usah bingung bersikap dengannya.

Yang aku lakukan hanya memperhatikan wajah Darry yang penuh luka.Tapi, dia masih tetap tampan.Perlahan tapi pasti, aku melihat gerak matanya yang ingin terbuka.Setelah berusaha membuka matanya, akhirnya dia melihatku yang masih dengan takut menghadapinya.Bagaimana aku harus bersikap dengannya?

“Haii…”sapanya lembut.

Matanya tampak berbinar memandangku.Kenapa dia sepertinya telah melupakan semuanya?Bagaimana aku membalas sapaanNya?

“Kok diem aja?Kangen?”Dia tersenyum lebar sambil menggodaku.

“Ihh, siapa yang kangen?Mungkin kamu yang kangen sama aku.Ngaku aja?”aku berusaha tidah menunjukan rasa marahku dan bersikap biasa-biasa saja.

“kamu udah nggak marahkan?”tanyanya.Matanya yang tadi berbinar sekarang tampak serius.

Aku memanlingkan wajah, melihat ke arah jam dinding di ruangan itu.Ahh, aku punya alasan untuk lari dari keadaan ini.”Maaf, waktu udah habis.Aku keluar dulu.Sekalian pamit pulang.”aku menundukkan wajahku dan tersenyum kepadanya.

”Besok, kamu ke sini lagi?”matanya tampak berharap.Suaranya masih lemah.

Aku bingung mau jawab apa.Jadi, aku putuskan untuk bertanya,”Kamu mengharapkan aku kesini lagi, atau malah mengharapkanku nggak menemuimu lagi?”aku serius bertanya.

Dengan cepat tanpa berpikir, dia menjawab,”Tentu aja aku mau kamu ke sini lagi.”Suaranya tegas tapi pelan.

“kuusahakan, deh!”jawabku akhirnya.

“Bye!”dia tersenyum amat manis, kali ini.

“Bye.”aku masih canggung mengucapkan kata itu.Tapi, aku harus bersikap biasa-biasa saja.Kita bukan pacar, bukan musuh, melainkan teman, bahkan sahabat.

Besoknya…

Ku dengar dari Gita, katanya Darry sudah melewati masa kritisnya. “Hai!”aku menyapanya pelan.dia masih tidur.

aku sudah tidak merasa risih dengan keadaan kita yang sudah tidak seperti dulu.Walaupun sedikit kangen.Hari ini aku bawa beberapa potong kue tart buatanku. Waktu aku membuatkan ini untuk Darry, ayah kira aku udah nyambung sama Darry. Lucu juga, sih.

“Hai, juga!”Sapa Darry.

“Ehh, udah bangun? Kok aku ngak tahu? ”aku kaget begitu dia menyapaku. canggung juga, sih.Soalnya, kita Cuma berdua di sini.

“Aku selalu tahu kalau kamu mau dateng.”
Selama kita berpacaran, dia tidak pernah bicara tentang instingnya itu. ”Kalau kamu tahu aku mau dateng, kok kau masih berpura-pura tidur?”

“Aku capek.”

“Kamu kok bisa capek?Kerjaanmu kan cuma tidur?”aku benar-benar bingung dengan peryataannya yang ini.

Dengan nada sedih yan mendalam, dia menatap jendela dan menjawab, ”Aku capek dengan semua ini!”

Aku makin nggak ngerti dia bicara apa.”Maksudmu?”aku mempertajamkan pandangan ke arah Darry.

Darry melihat ke arahku seolah tak percaya dengan jawabanku.

“Sudahlah!”jawabku sambil mengibaskan tangan kananku di depan wajahku.”Nih, kubawakan kue tart buatanku.Makanlah.Setelah ini aku akan ke kampus lagi.”ujarku sambil membuka tempat makan yang berisi kue tart dan memberikannya pada Darry.

Dia tidak menerimanya.”Kau ini bagaimana, sih?Aku kan masih dalam keadaan tiduran, bagaimana aku bisa makan dengan posisi begini?”tanyanya denga wajah yang lucu, membuatku tersenyum.

Sorenya…

Darry sudah tertidur sejak tadi. Aku bingung mau ngapain di sini. Aku nggak bisa pulang, karena Darry minta aku untuk tetap di sini sampai dia bangun tidur. Aku sudah mengitar ruang perawatan Darry sebanyak lima kali.Aku juga sudah berkali-kali berusaha untuk tidur, tapi tetap saja selalu merasa risih kalo Cuma berdua dengan Darry.Sebenarnya aku masih belum bisa maafin dia gara-gara problem itu.Aku berdiri.Mengambil Koran untuk mengisi waktu kosongku ini.Biasanya, aku selalu menonton televisi.Jika sekarang aku menyalakan televisi, nanti bisa-bisa Darry bangun karena merasa terganggu.

SEORANG PELAJAR TERLIBAT BAKU HANTAM

Melihat judulnya saja aku tidak tertarik. Lebih baik lagi kalo aku bermain game dari handphone ku sendiri.Aku meletakkan Koran tadi di meja dan berbalik ara mengambil handphone.Saat aku akan berbalik, aku melihat ada buku semacam buku agenda atau buku catatan.Aku penasaran. Mengambil buku itu, membukanya dan membacanyamungkin itu hal yang sangat menarik untuk keadaan sekarang ini.Pikirku.

Ternyata itu buku catatan Darry.Aku jadi semakin tertarik. Aku ingin tahu apa masalah yang membuatnya ingin terbang ke Jakarta.

Tgl.19 November 2008

Aku pengen minta Yolanda balikan, tapi, ada satu misi yang harus kukerjakan lebih dulu.Yolanda, aku mohon jangan marah sama aku, ya! Please….

Tgl.20 November 2008

Hari ini aku sudah hampir menyelesaikan misi penting ini.Aku pengen Yolanda suka.Yolanda, aku pengen kamu tahu, kalo aku masih sayang kamu.Wait me…!

Tgl.21 November 2008

Aku sudah berjanji pandanya kalo aku akan mempertemukan dia dengan Yolanda.Dia adalah orang yang Yolanda sayang dan Juga orang yang menyayangi Yolanda.yolanda, aku akan terbang ke Jakarta dan membawanya ke hadapanmu.kalu pasti senang!

Tgl.22 November 2008

Yolanda, sekarang aku sedang duduk di pesawat. Aku sungguh tidak sabar untuk membawanya kepadamu.Mungkin dengan begitu, kamu mau nyambung denganku. waktu itu aku bener-bener khilaf. Maafin aku yang udah nyia-nyiain kamu.Tapi, dengan begitu, aku jadi makin yakin kalo aku ngak bisa ngelepasin kamu lagi. Nggak akan pernah.Mungkinkah kamu mau menerima ku lagi???

Yolanda…Dia kakakmu

Jadi….jadi dia pergi ke Jakarta untuk….mempertemukan ku dengan orang yang ku sayangi?Siapa dia? Apa maksudnya dengan kakakku?Pikirku.

“Yolanda.Aku mau minum.Tolong ambilkan.”

Aku menurunkan buku catatan Darry dan berjalan ke arah kasur Darry.”Apa maksudnya?Kamu bertemu dengan kakakku?”mungkin aku bertanya dengan tatapan yang amat menyelidik, sehingga dia tampak ketakukan.Aku segera memalingkan wajah.

“Rencanaya begitu.Tapi, berhubung kecelakaan,jadi pertemuannya batal.”Ujarnya amat sangat santai sambil berusaha meraih tanganku.

Karena dia dalam posisi tidur, jadi agak sulit baginya untuk meraih tanganku karena aku berdiri tidak terlalu dekat. Aku mengenggam tangannya.Tidak erat. Ia berterima kasih dengan cara memejamkan matanya dan membukanya lagi.Senyumnya juga tersungging manis di bibirnya.

“Maaf, coba kalo aku lebih berhati-hati, mungkin kau dan kakakmu sudah bertemu. Dia amat merindukanmu. Sebelumnya aku sempat bertemu dengannya. Tubuhnya sangat kurus. Kulitnya kusam, pipinya cekung, dan sorot matanya seperti orang yang kesepian.”

"Thanks, darry." Aku merasa bahagia. Mungkinkah dia orang yang tepat temani aku hidup?