Please...

Dear Viewers,
I shared my stories, my flash fiction, or my flash true story.
So, please do not copy what is written here. If you want to copy, please provide the name of the author and the source.

Don't be a silent reader, please!
Tinggalkan jejakmu disini ^^

Thanks ^^

Sabtu, 28 Januari 2012

Bulan&Bintang

Aku bagaikan bulan diantara bintang. Mereka memiliki sinarnya. Sedangkan aku? Aku hanya bulan yang mengambil sinar matahari untuk menunjukkan diriku diantara kegelapan. Dan aku takkan mampu bersaing dengan bintang!

[Johanay Yoe]
Tegal, 28 Januari 2012

Garis Sejajar

Cinta itu...
bagai dua garis sejajar yang tidak akan pernah menemukan titik untuk bertemu,

[Johana Yoe]
Tegal, 28 Januari 2012

Kamis, 26 Januari 2012

Yoon Jong Shin Ft. Kyuhyun - Late Autumn (늦가을) MV [English subs + Romani...

2NE1 - I AM THE BEST [HD]




I'm The Best? Ugh! I Wish!

Tegal, 27 Januari 2012

Aku memulai hariku dengan pelajaran Bahasa Inggris di SMA... Saat masuk, Mr. Bayudi mengatakan dalam Bahasa Inggris, bahwa hari ini adalah jadwal untuk berlatih speaking, sub topicnya adalah story telling. Aku langsung deg-degan, segaligus senang, karena berbicara adalah yang aku suka dan beberapa guruku juga sudah mengakui kemampuanku berbicara di depan orang banyak.

Tiba-tiba aku teringat pesan singkat dari Kakak perempuanku bahwa mulai saat ini aku harus ber-SMS denganya menggunakan Bahasa Inggris. Dan aku sadar, inilah caraku untuk belajar Bahasa Inggris. Dan, inilah yang mendorongku untuk berdiri dan menunjukkan diriku diantara anak-anak yang lain


Deg-degan???

Iya!

Gemetaran?

Jelas!


Aku berusaha menahan itu semua dan tetap berdiri tegak di depan kelas. Beberapa temanku kaget dengan keberanianku. Aku sendiri juga heran, karena ulang harian Bahasa Inggrisku yang terakhir sekitar empat puluh Aku tidak akan menyebutkan pastinya karena tetap saja empat puluh! 

Ada dua mata pelajaran yang menyulitkanku, yaitu matematika dan Inggris. tetapi, sejak masuk kelas dua, aku sudah berhasil menaklukan matematika, aku selalu diatas KKM (kriteria ketuntasa minimum). Tapiiiiiiiiiiiiiiii yang namnya Inggris itu lho, nggak tau mana salahnya, Waktu diajarain sih mudeng, tapi waktu ulangan hasilnya kok jongkoh, malah kadang tengkurep??????



Aku menyebutkan judulnya "Stone Flower" lalu mulai bercerita..................


Bahasaku salah-salah...

Bicaraku tersendat-sendat...

Aku tersenyum-senyum sendiri menyadari kebodohanku 

Tapi aku tidak malu, karena ak sudah menang dibanding anak yang lainnya. Yah, aku sudah menjadi pemenang dengan berhasil mengalahkan rasa takutku. Lihat saja, tidak ada yang berani maju setelahku! I'm the best?? I don't know and i don't want to know!!!

Setelah aku duduk, Mr. Bayudi memujiku. Dia bilang aku sudah membuat fondasi yang baik untuk masa depanku dan aku harus menulisnya dalam suatu dokumen tersendiri...

Dia mengatakan bahwa aku harus mengambangkan bakatku itu, dan aku bisa saja menjadi story teller dan saat kuliah nanti bisa saja aku masuk Jurusan Sastra Inggris. Padahal ia tahu pasti nilai Ulangan Harian terakhirku. Tetapi ia tetap bilang begitu bahka ia mengatakan : mungkin saya pernah memberi nilai jelek, tapi saya yakin ia bisa masuk Sastra Inggris nantinya.

Ciihhuuuyyyy

Aku senang bukan karena aku ada kesempatan masuk sastra Inggris, Tapiiiiiiii.... karena aku amat sangat ingin masuk perhotelan, dan untuk itu, aku membutuhkan Bahasa Inggris yang kuat sebagai pegangan.



Setelah beberapa lama, akhirnya ada tiga anak yang maju. Kami mendapat tanda tangan di jurnal kami, tidak seperti anak yang lain.

Saat sedang meminta tanda tangan, aku tertinggal sendiri di meja guru, Mr. Bayudi mengatakan bahwa ia akan mengikutkanku latihan untuk story telling bila ada lomba nanti. Aku senang bukan main, aku merasa hebat. Ini pertama kalinya aku merasakan perasaan ini, menjadi murid yang mewakili sekolahnya mengikuti lomba, siapa yang tidak bangga???? Apalagi anak dengan prestasi sepertiku.....

Terimakasih untuk Mr. Bayudi yang telah membantuku membuat fondasi yang baik untuk masa depanku ^^



Senin, 23 Januari 2012

Imlek 2563

Dengan sesaji yang amat sangat sederhana ini, kami berkumpul dan mengenang....

Gong xi gong xi...
Gong xi fa cai, xin nian kuai le, wan shi ru yi...
^^

Sabtu, 21 Januari 2012

Puisi Imlek

Wangi kayu garu merayap masuk ke dalam hidungku
Ditemani awan mendung
Sendiri menahan sendu
Antara kini dan masa lalu

Wangi khas hujan menyertai
Bertaut tangan, menyemangati
Menunduk menghormati
Dia yang telah pergi

Asap dupa menghantarkan
Permohonanku pada-Mu
Bersujud mengucapkan
Selamat tahun baru

Antara kini dan masa lalu berbeda
Tidak ada ucapan, hanya doa
Antara hari ini dan esok 'kan berbeda
Tidak ada ingatan, hanya terkenang...

[Johana Yoe]
Tegal, 21 Januari 2012

Sabtu, 14 Januari 2012

Kyu Oppa

Oppa,  deureo bwa...

Saranghae.... ^^

Saranghandago!!!



Oppaneun naeggoya!

Jumat, 13 Januari 2012

Late Autumn [Gyuhyun]

I opened the closet.
A few clothes caught my eyes.
Although I thought it was a little early, I wore them.
Standing in front of the mirror, I look the same as back then.

I liked it more because it was cold.
The sun is setting on the streets.
The coffee scent brings me to that time.
When I was looking at Winter clothes through the shop window.

Yes, it was you that brought me out of there. 
You closely held my hand that was in my pocket.
You during the late Autumn of that year.
Where are you walking now?
I miss the sound of your footsteps.

I tried to breathe in the wind because my heart was also missing you.
My heart felt much better and hastened me.
Let's go back before the hard night comes.

Yes, it was you who brought me out of there.
You closely held my hand that was in my pocket.
You during the late Autumn of that year.
Where are you walking now?
I miss the sound of your footsteps.

Yes, it was you who taught me Autumn.
A night with endless brown lonliness.
I have to prepare for my Winter that's approaching.
My Winter that has long nights. 
My Winter that has a lot of you.




http://www.youtube.com/watch?v=-FPdEINa9Yo&feature=related

there's no reason not to love you oppa...!

Kamis, 12 Januari 2012

Be Patient, Ugh!

Aiiiyyaaaaaa ^^






Sebentar lagi Imlek. Memang tidak ada sesuatu yang spesial untuk menyambutnya siiiiii.... Tapi aku senang bukan maiiiinnnnnn.... Kenapa? Karena Kakak perempuanku akan pulang untuk beberapa hari. Yeeyyyyy, akhirnya, setelah kemaren ga jadi pulang, akhirnya ia pulang juga.... ^^

Memang ada beberapa agenda untuk hari H sih...
seperti biasanya, kami akan berkeliling menemui saudara. Itu agenda yang paling aku suka! Karena kami dapat berkumpul dan mengobrol ngalor-ngidul ^^ hehehehe 

Aaaiiiiihhhhh bener-bener nggak sabarrrrrr 

Dan...
Agenda yang lain dari biasanya dan baru kali ini adalah sembayang di laut untuk Alm. Papa...

Ini adalah Imlek pertama setelah papah pergi...

Aku berdoa spaya papah bahagia disana ^^




Papah...
Selamat Tahun Baru Imlek yaaaaa ^^


Rabu, 11 Januari 2012

Romansa Bali


Halaman rumah paman Ketut memiliki taman bermain yang cukup luas. Di sana terdapat jungkat jungkit dan beberapa mainan anak-anak. Terang saja, karena kedua anaknya masih SD dan sangat senang bermain. Dan di sanalah aku sekarang ini. Bukan aku sendiri. Banyak orang di sana.
                Paman Ketut adalah suami dari adik mamaku alias tanteku. Tante Rima menikah dengan orang Bali yaitu Paman Ketut 7 tahun yang lalu. Mereka di karuniai 2 orang anak, laki-laki dan perempuan. Kalau dipikir-pikir, aku yang paling bahagia dengan pernikahan mereka. Kenapa? Aku jadi punya keponakan yang selama ini aku inginkan karena aku tdak punya adik. Aku juga bisa sering-sering ke Bali dengan alasan mau mengunjungi keponakan kesayanganku. Itu memang benar, tapi aku juga senang mengunjungi pantainya. Itung-itung cuci mata. Hahaha.
                 Paman Ketut yang sarjana pendidikan mengajar di salah satu SMA di Bali. Dan sekarang beberapa muridnya mengunjungi rumah paman dalam rangka mengisi hari libur panjang mereka. Sebenarnya, ini bukan inisiatif mereka semata, Paman Ketut juga sering mengundang muridnya untuk bertandang kerumahnya yang cukup luas.
                Dan, di sinilah aku, tersisih dari gerombolan anak SMA itu. Mereka banyak sekali meski Paman bilang tidak seluruh murid di kelasnya datang. Mereka mengobrol dengan teh hangat yang di sajikan oleh tante Rima dengan logat Bali mereka.
                Aku ingin main jungkat-jungkit, tapi ada yang memakainya. Jadi,a aku memutuskan nanti saja.
                “AAAAARRRRRRRRRRRRGGGGGGGGGGHHH!!!!! TOLONGGGGG!”
                Jantungku hampir copot. Lelaki yang memakai kemeja kotak-kotak biru tua meringis ketakutan saat bermain salah satu permainan anak-anak yang berputar-putar dan ia duduk di atasnya. Sepertinya bukan lelaki itu sih yang memutarnya, melainkan temannya yang berdiri sambil tertawa di sampingnya.
                Di sisi lainnya ada perempuan yang tertawa senang melihatnya. Kutebak, perempuan itu adalah kekasihnya. Karena, di matanya seperti ada sinar kasih saat memandang lelaki itu.
                Dan ketika lelaki itu turun, ia menghambur ke selokan dan...bisa kau tebak sendiri apa yang ia lakukan di sana.
                Paman ketut yang melihat itu ikut tertawa bersama anak yang lain. di sela-sela tawanya, ia memintaku mengambilkan handuk di dalam kamar tamu. Mau tak mau, aku mengambilkan satu untuknya. Sebenarnya aku sedikit tidak suka dengan lelaki itu. Dia tampak seperti anak manja yang merepotkan.
                “Nih!” Aku menyerahkan handuknya pada perempuan di dekatnya yang kuketahui namanya Putu—begitulah temannya memanggilnya. Putu mengambil handuk yang kuberikan dan memberikannya pada kekasihnya yang baru saja mencuci muka dengan sebotol air mineral. Aku mengawasinya.
                Deg!
                Aku bukan orang yang mudah terpesona. Tapi, wajah lelaki itu lebih mirip orang Jawa dari pada orang Bali. Rahangnya juga kotak yang membuatnya semakin.... tak bisa di ungkapkan.
                Apa yang aku lakukan? Aku tak boleh begitu pada lelaki orang. Aku tidak suka dianggap pengrusak hubungan orang. Katanya, jika ada  lelaki dan perempuan sedang berduaan, orang ketiganya adalah setan. Aku takut pada setan dan aku sendiri tak suka di katakan sebagai setan.
                Tapi, balik lagi ke pemikiran awal. Apa benar aku tak boleh mengagumi wajah seseorang lelaki? Terlepas dari statusnya?
***
                “Bli Made! Boleh aku pinjam handphone nya?” Putu memang perempuan yang manis dan tipe orang yang bisa membuat orang di sekelilingnya merasa nyaman.
                Aku memang nggak pernah membayangkan akan dapat mengobrol bengini asyik dengan murid-murid Paman Ketut. Tapi, ini nyata! Kami sedang berada di teras rumah, dan duduk bersama-sama di lantai yang dingin. Hujan turun dengan derasnya tapi kami tidak merasa terganggu. Tante Rima menghidangkan Teh Manis hangat lagi untuk kami, agar kami tidak berhenti mengobrol karena kehausan.
                “Boleh. Untuk apa?” Bli Made mengeluarkan handphonenya sambil bertanya balik.
                “Handphoneku mati. Aku mau mengabari ibu dulu di rumah agar tidak khawatir dengan ku.”
                “Iya. Kabari ibumu agar tidak khawatir...” Bli Made tersemyum.
                “Ajeng. Ceritakan pada kita dong tempat tinggal kamu di jawa.” Nyoman menatapku dan nyengir lebar.
                “Eh?”
                “Jangan seperti Made, ibunya orang Jawa tapi tidak pernah ke Jawa sama sekali. Hahaha.”
                “Oya?” Aku bertanya pada Bli Made. Bli Made nyengir sambil memasukkan handphonenya ke saku celanya.
                Aku sempat mendengar Putu mengucapkan, “Terima kasih, Bli.” Tapi Bli Made malah menatapku.
                “Iya. Sempat mau ke Jawa, kok. Cuma ketinggalan pesawat. Haha.” Bli Made tertawa.
                “Ibu Bli Made aslinya Jawa apa?”
                “Jawa Tengah, Solo.”
                “Ohh... orang keraton?”
                “Bukan lah. Haha.”
                Lalu, kami semua saling bercerita tentang kebiasaan masing-masing.
***
                “Jadi, nama lengkapmu siapa?” Tanya Bli Made saat sedang bermain jungkat-jungkit di hari lainnya.
                “Ajeng Pratiwi.” Aku menyebutkan namaku dengan bangga.
                “Jawa banget. Haha”
                “Biar. Nama Bli juga Bali banget.” Aku cemberut.
                “Suka-suka dong.”
                “Suka-suka aku juga dong.” Aku tak mau kalah.
                “Jutek amat. Pacarmu pasti sabar banget yah bisa menghadapi kamu yang galak. Hahaha.” Bli Made tertawa keras sekali.
                “Aku tidak punya pacar kok,” Mukaku memerah. “ jadi, nggak akan ada masalah kalau aku jutek.” Aku merengut kesal.
                “Oh, haha. Enggak laku yah?” Bli Made senang sekali mengisengi orang yang mudah marah seperti aku yah?
                “Terserah deh. Huft!” Aku menekuk dagu.
                “iya deh. Jangan marah gitu dong. Memangnya kenapa enggak pernah pacaran?” Nadanya mulai biasa saja. Tidak mengejek. Seperti seorang kakak yang dewasa.
                Aku memutuskan untuk memeberitahunya. “Karena menyukai seseorang itu sangat melelahkan. Kita akan selalu mengejar orang itu. Mataku juga akan selalu mengekornya. Aku selalu ingin tahu segala tentang dia. Tapi, belum tentu dia juga suka kepadaku. Belum tentu dia senang kuperhatikan. Jadi lelah sendiri rasanya. Jadi, aku putuskan, I’m single but not available. Hahaha.” Rasanya senang sekali bisa bercerita seperti itu kepada orang yang telah lebih dewasa sedikit di bandingkan aku.
                “Yah, rasanya pasti berputar-putar.”
                Aku mengangguk setuju.
                “Aku juga tidak suka di putar-putar. Pusing dan ingin muntah.” Bli seakan hampir muntah lagi.
                Aku masih ingat kejadian waktu Bli muntah gara-gara berputar kencang sekali di permainan anak itu. Lalu, aku tertawa. Kami tertawa.
                “Jadi... di Bali sampai kapan?”
                “Eh, jangan keras-keras main jungkat-jungkitnya. Aku takut jatuh. Eh, kenapa?” aku tidak memperhatikan pertanyaannya tadi.
                “Sampai kapan di Bali?” Dia tidak tampak marah meski aku tak memperhatikannya.
                “Oh, tidak pasti. Mungkin seminggu lagi. Karena 10 hari lagi aku masuk sekolah. Kalau Bli kapan masuk sekolahnya?” Aku bertanya balik. Aku jadi tersadar, kebersamaanku dengan yang lainnya hanya sementara.
                “Sama. Memangnya kamu kelas berapa sih?”
                “Aku kelas 11 IPS.. Bli?”
                Aku naik ke kelas 12 IPS. Hahaha. Ketemunya anak IPS lagi.”
                “Jodoh kali!”
                Aku kaget. Tiba-tiba muncul orang lain di antara kami. Bli Wayang. Aku tahu dia hanya bercanda, tapi ucapannya tetap saja membuatku kaget.
                Bli Made hanya nyengir, ciri khasnya.
                “Oya, ngomong-ngomong, mana orang tuamu, Jeng? Dari kemarin aku tidak melihat mereka di rumah ini?” Tanya Bli Wayang.
                “Oh, papa-mama masih di Jawa, kerjaannya belum selesai. Besok baru nyusul.”
                “Ohh..”
                “Oya, mana Putu? Kok dari tadi aku nggak lihat dia?” Aku celingukkan.
                “Lagi pergi sama keluarganya.” Jawab Bli Made. Oya, Bli Made kan pacarnya yah. Aku jadi tidak enak dengan Putu karena sudah dekat-dekat dengan Bli Made.
                “Mau kemana?” Tanya Bli Wayang ketika aku berdiri dari jungkat-jungkit.
                “Minum. Haus.” Lalu aku pergi tanpa menoleh. Tidak tahu kenapa, aku seperti sesak napas. Dadaku seperti kosong, sakit. Apa aku masuk angin yah?
***
                “Sudah mainnya?” Tante Rima melihat ke arahku sesaat lalu sibuk dengan kuenya lagi. Aku duduk di dekatnya.
                “Aku haus, tante.”
                “Tuh ada sirup. Udah tante buat di dalam teko. Bawa keluar sekalian yah. Biar yang lainnya juga bisa minum.”
                “Iya tante.” Aku mengambil beberapa gelas dan nampan. Hari ini yang datang mulai sedikit. Rata-rata punya acara dengan keluarganya.
                “Wah, Ajeng tahu aja.”
                Baru saja aku keluar aku sudah di sambut oleh orang-orang yang kehausan. Setelah semua gelas terpakai minum, Bli Made melotot dan bertanya, “Kok Bli engga dapat?”
                Aku tertawa melihat mukanya yang... terpukul. Hahaha. Aku memang tidak menghitung jumlah orang yang datang. Kupikir gelasnya akan cukup. Akhirnya, aku masuk dan mengambil gelas lagi. Tapi, ternyata tadi pagi tante Rima belum sempat mencuci. Jadi, aku keluar dengan tangan kosong. Tidak sepenuhnya kosong sih. Aku memegang gelas bekasku minum tadi.
                “Maaf, bli. Gelasnya habis. Belum nyuci.”
                “Ya sudah, pinjam gelasmu saja.” Bli mengambil gelas di tanganku dan mengambil teko. Cairan berwarna orange masuk ke dalam gelas lalu ke mulutnya. Aku tidak sempat melarangnya dan aku juga.... deg-degan.
***
                “Kau mau kemana?” Tanya Bli Wayang.
                “Pasar Sukawati!” Aku berteriak senang.
                “Hari ini kami semua janjian untuk pergi jalan-jalan. Bli Made menawarkan diri untuk menjadi guide-ku. Aku dengan senang hati menerima yang gratisan. Haha.
                “Memangnya kau mau beli apa? Kulihat kau sudah punya banyak baju Bali.” Tanya Bli Made di samping Bli Wayang.
                “Iya, aku beli bukan untuk aku sendiri kok. Untuk teman-temanku di Jawa.”
                “Ow..oke deh. Ayo kita berangkat.” Bli Made membukakan pintuk mobil untukku dan yang lainnya. Kita pergi menggunakan mobil sewaan. Sayangnya yang pergi hanya sekitar 8 orang saja. Yang lainnya tidak bisa. Tapi itu tidak masalah, kita akan tetap bersenang-senang.
                Di pasar Sukawati aku belanja banyak. Dari baju barong, tas bali, gelang, kalung, kain Bali, dompet, kaos baik untuk laki-laki atau perempuan. Semoga saja seleraku disukai mereka.
                Mobil menjadi sempit dengan belanjaanku. Bli Made sampai geleng-geleng kepala. Tapi, aku hanya tertawa. Aku sepertinya mulai terbiasa dengan mereka. Dan, yang terpenting, aku mulai terbiasa dengan bli Made yang mengolok-olokku. Dan... itulah masalahnya sekarang. Aku telah mendekati lelaki orang.
                Di Kuta, aku bertanya pada Bli Made.
                “Putu Ke mana, Bli? Kok tumben Bli nggak bareng Putu?”
                Bli yang lagi memandangi sunset menoleh.
                “Kok tanya aku?” Dia memandangiku seperti orang binggung.
                “Lalu aku harus tanya siapa dong?” aku ikutan binggung.
                “Tanya saja pada Wayang. Jangan padaku. Pacarnya Putu kan Nyoman, bukan aku.” Bli Made tersenyum.
                “Ohh....” Aku tersipu di pandangi seperti itu. Wajahku sepertinya memerah. Untuk langit mulai gelap sehingga Bli Made tidak bisa melihat rona di wajahku. Entah mengapa, badanku terasa ringan, seperti terbebas dari beban yang selama ini menindihku. Tapi, beban apa?
                “Cemburu?” Aku mengangkat kepalaku secepat kubisa. Kaget. Kenapa Bli Made bilang seperti itu? Tapi, Bli hanya nyengir, khasnya.
                “Hah? Cemburu kenapa?” Aku bertanya dengan polosnya.
                “Pasti kamu pikir Putu pacarku kan, makanya kamu bertanya tentang Putu kepadaku?”
                “Enggak begitu... Bli kan temannya, apa aku nggak boleh menanyakan kabar Putu kepada temannya?” Aku deg-degan.
                “Tapi pertanyaanmu seperti menginterogasiku tahu.”
                “Oh, kalau begitu maaf. Yuk ke sana.” Aku melihat Bli Wayang melambaikan tangannya pada kami dari bibir pantai. Sepertinya ia dan yang lainnya sedang bermain air.
                “Tunggu, Jeng.” Bli menghentikan langkahku.
                “Ya?” Aku menoleh.
                Bli Made diam. Aku memiringkan kepalaku, menunggu ucapannya. Ketika ia tak juga bicara, aku bertanya, “Apa, Bli?”
                “Apa kamu sama sekali nggak..... suka sama aku?” Bicaranya pelan, tapi aku mendengarnya.
                Aku tidak mau menjawabnya, tapi matanya seperti memohon. Jadi aku jawab saja, “Suka...” Sekali lagi mukaku memerah. Semoga Bli tidak mengejekku seperti biasa.
                Benar saja, ia tidak mengatakan apapun, ia hanya memegang tanganku dan menggandengku ke pesisir laut. Aku hanya menunduk memandangi kakiku yang dipenuhi pasir pantai. Lalu, ketika kuberanikan menoleh ke samping, Bli sedang tersenyum. Aku juga melihat bias orange dari matahari yang belum sepenuhnya terbenam. Sekarang, aku bisa mengagumi wajahnya tanpa takut tertbentur status. Aku bersyukur sekali.
                Satu hal lagi yang aku syukuri, Bli Wayang tidak menggodai kami sepanjang perjalanan pulang meskipun aku tahu Bli Wayang sudah mengetahui ‘itu’. Hihihi. Aku tidak bisa berhenti tersenyum.
***
                Esoknya di Pasar Sukawati...
                Hari ini aku minta Bli Made mengantarku dengan motornya ke Pasar Sukawati lagi karena ada teman yang menitip minta di belikan sesuatu. Bli juga bilang ia sedang membutuhkan sesuatu dan ingin mencarinya di sana.
                Sesampainya di Sukawati, kami berdua memaksuki salah satu kios.
                “Bli tadi bilang sedang membutuhkan sesuatu. Apa itu? Barang kali aku bisa membantu Bli mencarinya. Jadi, apa yang Bli mau?” Kurasa aku lumanyan banyak bicara hari ini. Tapi, Bli hanya tersenyum, khasnya.
                “Aku mau...” Bli seperti sedang berpikir keras. “Aku mau kamu.”
                “Oh itu. Bentar aku carikan dulu. Eh? Apa tadi?” aku Kaget. Kalau tadi tidak salah dengar Bli mau apa?
                “Bli mau kamu! Hahaha.” Bli senyum-senyum jenaka. Tentu saja si penjaga kios ikut-ikutan senyum-senyum sendiri.
                Aku yang baru sadar kalau sedang di gombali langsung tertawa dan memukul lengannya perlahan. Mukaku pasti sudah memerah. “Ih, genit banget. Hahaha.”
                Setelah tawaku reda, aku mulai mencari barang titipan temanku. “Jadi, Bli nggak mau beli apa-apa nih?”
                “Enggak. Bli maunya kamu, titik! “
                “Ihh, dasar gombal!”
                “Tapi kamu suka kan di gombali?”
                “Enggak tuh!”
                “Sudah ahh. Jadi beli nggak? Tuh yang punya kios marah.” Jelas sekali Bli Made berbohong. Jelas-jelas pemilik kios sedang menahan tawanya melihat kita berdua.
                “Kamu mau beli apa sih?” Bli menawarkan bantuan. “Kain Bali ya?”
                “Aku mau beli......”
                “Apa?” Matanya melihat-lihat ke sekeliling kios.
                “Aku mau Bli...” Aku dan di pemilik kios cengar-cengir sendiri.
                “Apa? Kalau ngomong yang jelas, dong.” Bli masih sibuk melihat-lihat.
                Kali ini aku menjawab dengan suara lebih keras, “Aku mau Bli...”
                Bli Made menoleh dengan cepat. Mukanya memerah. Si pemilik kios sudah tertawa duluan. Sedangkan aku masih menahan tawaku. Berusaha tidak terjadi apa-apa.
                Melihatku yang memasang wajah datar, Bli berasumsi ia hanya salah dengar, jadi ia berjalan keluar toko dan membuang napas keras-keras. Si pemilik toko makin keras tertawa.
                “Ihh, Bli! Aku bilang ‘Aku mau Bli’...” aku menghampirinya. Bli kaget sekali lagi. Aku tak tahan untuk tidak tertawa. Bli langsung memelukku.
                “Nakal, yah!” Bli tertawa senang. Mungkin dia kaget aku bisa menggombali dia juga. “Cintaku nggak akan berubah meski beda ruang dan waktu!”
                “Hahaha! Percaya deh...”
Semoga, jarak Jawa-Bali tidak bisa mengahalangi hubungan kita yang manis ini...

Tegal, 28 Desember 2011
Pkl. 16.16 WIB

Sabtu, 07 Januari 2012

Menyambut Sang Naga... ^^



Sebentar lagi tahun baru Imlek. Satu hari yang paling aku tunggu-tunggu. Karena apa? Karena keluargaku selalu berkumpul bersama. Mengobrol, berbagi cerita. Sungguh kegiatan yang paling aku suka...!

Aku ingin orang lain juga sama sepertiku. Mengerti arti dan makna Imlek. Bukan hanya menyambutnya dengan gembira karena menerima Angpao! Mereka selalu berkata, "Yeyy! Sebentar lagi Shincia! Dapet banyak duit deh!" Itu yang aku benci!



Aku juga sadar, aku tidak bisa memaksakan orang agar sepertiku.

Aku berkata seperti ini, bukan karena aku iri pada mereka yang mendapat banyak uang sedangkan aku tidak. Bukan! Sama sekali tidak!! Aku sungguh, seratus persen menyambut Imlek dengan sukacita. Bukan dengan sifat matrealistis!

Aku ingin sekali mereka tidak menodai hari bahagia ini dengan hal semacam ini... Aku sungguh sedih. Karena hampir semua temanku seperti ini....

Aku hanya bisa bilang, sambutlah sang naga dengan kepalan tanganmu didada, dengan hormat. Bukan dengan menjulurkan tanganmu...

So, sambutlah Sang Naga dengan keterbukaan...! ^^