Please...

Dear Viewers,
I shared my stories, my flash fiction, or my flash true story.
So, please do not copy what is written here. If you want to copy, please provide the name of the author and the source.

Don't be a silent reader, please!
Tinggalkan jejakmu disini ^^

Thanks ^^

Senin, 18 Februari 2013

Kepada Kayu Garu



Kepada kayu garu...
Kenapa kau begitu kuat
teringat pada kemarin?

Kenapa kau begitu menyengat?
Membikinnya sakit karena teringat...

Kepada memori yang terpendam dalam kayu...
Kenapa kau membuatnya berurai?
Merindu yang begitu menyiksa mungkinkah bisa menjadi jawaban?

Akankah ia kembali?
Menari dalam duka,
bernyanyi dalam suka?

Kepada kayu garu yang bersenandung diatas api...
Sudahkah ia kembali?

Dan kepada asap yg menghantar asa,
Ijinkan ia merasa sesal

Biar ia menyerukan :
Aku merindu...

[apauw]
Tegal, 13/2/13

Minggu, 17 Februari 2013

Sharing


Beberapa waktu lalu,
 seperti biasa, aku, saudara kembarku dan juga mamaku duduk-duduk di salah satu meja di restaurant ibuku.
Saat itu, maghrib hampir tiba.

Tiba-tiba saudara kembarku berseru padaku : "Apao, Ujian Nasional kita harus bagus. Kita harus total ya." saudara kembarku itu sangat bersemangat.
Lalu kubalas, "Iya, tapi aku nggak yakin bisa."
"Lha, kan kamu mau ikut program beasiswa di STP Trisakti..."
"Iya tapi nggak yakin bisa."
Lalu mamaku yang mendengar pembicaraan dua anaknya itu menyahuti,
"Mau ikut apa??"
"Itu lho mah, si Apao mau ambil program beasiswa penuh di STP Trisakti."
saudara kembarku menjawab.
"Trisakti itu dimana?" tanya mama lagi.
"Setahuku si di deketnya UNTAR mah. jadi nanti kalo apao keterima, nanti apao sama achien deketan."
Saudara kembarku ini kebetulan sejak bulan Desember kemarin telah mendapat beasiswa seratus persen dari UNTAR karena prestasinya di sekolah.
"Syaratya apa?" mamaku bertanya lagi.
"Niliai Ujian Nasionalnya Apao harus sembilan mah." Jawab saudara kembarku lagi. Rupanya saudara kembarku ini senang sekali jika aku mengambil program beasiswa ini.
"Hah? Sembilan?"
"Ya, bukan sembilan sih. Tepatnya delapan koma lima per mata pelajarannya, mah." kali ini aku yang menyahut.
"Nggak usah kaya gitu lah. Nggak usah mimpi tinggi-tinggi. Kalo buat dapet nilai tujuh aja kamu susah, ya nggak usah mimpi dapet nilai sembilan!" entah kenapa aku nggak percaya mamah bisa mengatakan itu padaku.
Aku tahu, aku anak yang bodoh. Tapi bukan berarti aku harus menghentikan mimpiku untuk menjadi seorang koki kan?
Aku sakit hati dengan perkataan mama saat itu.
Tapi, rupanya saudara kembarku mencoba membelaku.
"Tapi, mah, kata Pak Ay (guru olahragaku), yang penting mimpi dulu, masalah terwujud ato nggaknya urusan belakangan. yang penting jadikan itu motivasi mah. Siapa tahu dengan adanya ini bisa memotivasi apa biar nilainya bagus..."
"Ya, tapi kalo emang nggak mampu ya nggak usah dipaksain. Kamu dapet beasiswa 100% di UNTAR aja udah bener-bener ngebantu mama. Mama masih bisa kok ngebiayain apao."
Setelah pembicaraan itu, diam-diam aku masuk kamar dan menangis.


Cerita lainnya, waktu itu saat makan malam, aku bercerita pada mamaku bahwa aku di calonkan oleh teman-teman sekelas untuk menjadi ketua panitia Year Book.. yaaa meskipun aku dipilih karena tidak ada anak lain yang mau.. tapi aku senang.
"Mah..mah...mah... Apao di calonin sama temen-temen buat jadi ketua panitia buku tahunan lhooo." pamerku.
Semula mama hanya diam, kemudian menjawab "Nggak usah bangga!"
"Kenapa?" mau nggak mau aku mataku mulai terasa panas.
"Mama lebih suka kamu belajar aja."
Kemudian aku mendengar kakak laku-lakiku tertawa sumbang tepat di depan telingaku. Aku mengangis lagi...
Malam itu aku bersumpah aku harus menjadi ketua panitia Buku Tahunan sekolahku.
Sekarang, meskipun aku tahu aku tidak terpilih untuk menjadi ketua panitia Buku Tahunan, namun aku tetap berusaha melakukan yang terbaik untuk masa depannku.
Sekarang yang perlu aku lakukan adalah belajar dengan tekun untuk mendapatkan beasiswa tersebut.

PS : blog, kau memang teman terbaikku. Kau tak pernah mengeluh akan semua cerita-ceritaku. Kau selalu menerimaku...
Terima kasih...

Dari seseorang yang sedang berusaha dan akan selalu berusaha,
Apauw

Sang Penginspirasi


Sang Penginspirasi
Untuk seseorang yang telah menjadi inspirasiku...
Taukah kamu, bahwa aku telah memperhatikanmu sejak pertama kali kita masuk SMA? Bahwa aku memperhatikanmu lebih dari pelajaran apapun... Bahwa aku menginginkanmu lebih dari apapun?
            Sang Penginspirasiku, ini aku—seseorang yang telah mencintaimu lebih dari dua tahun. Ingat? Jawabnya singkat : ya. Tentu kau mengingatku bukan? Aku—Si gadis bodoh yang kekanakan.  Kita teman sekelas saat di kelas satu—kelas X-1.
            Aku ingat, betapa konyolnya aku dulu. Demi mendapat perhatianmu, aku melakukan berbagai hal. Mencoba mengajakmu berbicara, ribut dengan teman saat pelajaran, atau bahkan menjadikanmu sebagai bahan lawakan. Tetapi aku hanya mendapat senyuman maut itu.
            Tapi, itu cukup buatku.
            “Heii, tang! Coba deh tanya nyokap lo, lo dikasih nama ‘Bintang’ pasti karena loe gelap kan? hehehe.” aku setengah berteriak dari tempat dudukku. Hari itu aku menggodai temanku—Bintang yang sedang duduk di dekat dengan Si Inspirasi.  Sedikit banyak pastinya aku akan mendapat perhatiannya.
            “Kecut! Loe ngeledek gue?”                                                 
            “Nggak kok, gue cuma nanya. Abis kayaknya loe keberatan nama.”
            Sesisi kelas tertawa, menyetujui banyolanku karena Bintang memang hitam. Sepintas kulihat Si Inspirasi menoleh kearahku dan tersenyum. Aku tahu, ia menyetujuiku juga, sama seperti yang lain.
            Sang Penginspirasiku, kumohon, lihatlah aku—seseorang yang telah menunggumu sepanjang waktu. Menantimu di gerbang sekolah hanya agar kita dapat melewatinya bersama. Tetapi, jika kau telah mendahuluiku, aku akan berlari dibelakangmu...
            Aku cukup senang dengan hal itu. Karena dengan begitu, secara tidak langsung kita sudah pulang bersama bukan?
            Sang Penginspirasiku, jangan pergi, tetaplah disini, dan mendekatlah. Aku lelah mengejarmu. Kini, biarkan aku berhenti sejenak dan duduk menantimu
            Ingin aku mendapatimu menoleh dan menjemputku disini—di tengah jalan menuju impianku. Meski aku tau—sangat tau—itu tidak akan pernah terjadi.
Aku ingat, dulu saat pelajaran Bahasa Indonesia, saat kau membuat kalimat motivasi untukmu sendiri dan membacakannya di depan kelas, kau bilang bahwa ‘nothing impossible’ tapi, untuk yang satu ini, aku tau dan sangat yakin, bahwa ada sesuatu yang tidak mungkin—dirimu.
Sang Penginspirasiku, lihatkah kamu saat aku menunggumu di depan gerbang sekolah setiap paginya, hanya untuk melewatinya bersamamu? Setiap pagi, aku berangkat lebih pagi dari yang lainnya hanya untuk menunggumu disana. Karena hanya dengan begitu kita bisa berangkat sekolah bersama.
Dengan itu juga aku tau, kau akan sampai disekolah pukul tujuh kurang lima belas menit. Dan, secara tidak langsung juga, aku mengetahui kebiasaan-kebiasaanmu yang lainnya saat aku memperhatikanmu dari kejauhan.
“Pagiii...” aku mendapati diriku menyapanya dulu. Dia yang sedang berjalan melewati gerbang, menoleh kearahku.
Astaga, senyuman itu lagi!!
            “Pagi, classmate!
Aku cukup senang. Ya, setidaknya ia mengingatku sebagai teman sekelasnya... Ini sudah kemajuan yang sangat luar biasa untuk hubungan kami. ‘Kami’? Stop it, Pauw! Berhenti membayangkannya, karena dia tidak mungkin tergapai!

Sang Penginspirasiku, mengertikah kamu, bahwa rasa ini sulit untuk ditepiskan? Meski berbagai cara telah kulakukan untuk mengingkarinya. Tetapi selalu saja gagal. Karena hati ini telah menentukan pemiliknya.
Sang Penginspirasi... kaulah pemenang atas hatiku. Kau menawarkan pesona yang sulit untuk kutolak. Kau bagaikan matahari yang menghangatkan pagiku, kau seperti asupan gizi yang kubutuhkan, dan kau adalah inspirasiku.
Sang Penginspirasku, kaulah motivasiku untuk berangkat kesekolah. Kau adalah segala tenaga yang kupunya. Dan kau membuatku bahagia dengan ini semua, dengan cara-caramu menangkap basahku yang sedang memperhatikanmu.
            Sang Penginspirasiku... andai kau tau, kaulah yang telah mendorongku mencapai titik ini. Titik dimana aku akan menemukan masa depanku. Kau yang telah menggerakan jemari ini untuk mengukir kisah diantara kita. Karena kau adalah inspirasiku— begitu banyak dan selalu ada dalam otakku.
            Tapi, kini dimana dirimu? Aku lelah menantimu di pintu gerbang, aku lelah melihat punggungmu yang menjauh, dan aku lelah dengan segala cara yang kulakukan untuk mendapat perhatianmu. Aku muak. Aku ingin kau melihatku sebagai seorang wanita...
            Sang Penginspirasi, jemput aku. Aku tersesat dalam perjalananku menemukanmu. Aku ingin kau menemukanku disini yang tenggelam dalam pesonamu. Inspirasi, tak pernah berhenti kubertanya kapan penantian ini akan berakhir?
            Inspirasi, kau tak pernah tau aku selalu menunggu hari raya hanya untuk sekedar mengirimimu pesan. Kau juga tak pernah tau aku selalu mencari-cari alasan yang tak masuk akal hanya untuk mengirimu pesan. Dan bodohnya aku, aku selalu menunggumu mengirimiku pesan, meski itu hanya salah kirim atau pesan berantai. Aku tetap menunggu...
            Sampai akhirnya, hari itu aku memberanikan diri untuk mengrimimu pesan terlebih dahulu. Hari itu adalah hari ulang tahunmu.
            Happy birthday... wish you all the best ya!
            Thanks pauw :D
            Bisa dibilang aku lupa daratan. Aku melompat kegirangan, melupakan sekelilingku yang mungkin saja terganggu dengan sikapku itu.
            Kuambil ponselku, mengetik pesan untuk sahabatku.
            Hari ini ‘dia’ ulang tahun. Aku kirimi dia pesan. Setelah sekian lama, akhirnya dia bales, tapi cuma bilang ‘thanks pauw!’ T.T
            Sekitar lima menit kemudian ponselku kembali bergetar. Ada satu pesan masuk. Inspirasi!
            Lha? Salah toh? Mintanya apa?
            Aku yang lemah otak mencoba membaca kembali conversation kami di ponselku. Dan TERNYATA pesan singkat yang seharusnya aku kirim untuk sahabatku malah aku kirim untuknya.
            Aku yang belum bisa mengembalikan diri, memutuskan untuk membalasnya seperti ini :
            Lha iya, di ucapin kok cuma gitu balesannya J
            Hatiku ketar-ketir, takut ia mengetahui perasaanku. Tubuhku melemas saking terkejutnya. Tuhan... jangan biarkan dia tau perasaanku. Jangan sampai. Biarkan aku saja yang menanggung rasa ini.
            Beberapa saat kemudian, ponselku bergetar kembali, membangunkanku dari lamunanku tetangnya.
            Wkwkwk...wahh mencurigakan :p
            Tuhan, bolehkah aku sedikit berharap??

˟˟˟
            Setelah sekian lama berdiam diri, aku mulai menuang kisah-kisahku dalam organizerku. Karena takut akan kakak laki-lakiku yang suka mengobrak-abrik isi kamarku, aku samarkan diaryku dengan kumpulan-kumpulan cerpen. Salah satunya kisah ini, yang termasuk  isi diaryku yang terbaru.
Sang Penginspirasiku, mungkin aku gila dengan menulis kisah ini dan membiarkan ratusan bahkan jutaan orang mengetahui rasaku—yang kau sendiri tidak tau.  Aku sengaja tidak memberitahumu, karena awalnya kupikir, rasa ini hanya sesaat. Tapi nyatanya, rasa ini tertanam kuat dalam sini, dihatiku.
            Inspirasiku, satu hal yang kuyakini—aku mencintaimu. Bukan rasa yang dirasakan puluhan siswi lainnya, tapi ini rasa yang berbeda, rasa yang istimewa. Hanya dariku dan hanya untukmu. Inspirasiku, jangan biarkan rasa ini keluar dari tempatnya. Biarkan berkembang menjadi sesuatu yang lebih kompleks dan diyakini semua orang.
            Inspirasi, tak pernah lelah kubertanya pada diriku sendiri— kapankah hubungan ini berubah menjadi suatu yang nyata? Aku lelah dengan segala asumsiku akan dirimu. Aku ingin nyata...
            “Aku lelah...biarkan aku berhenti untuk sejenak—menunggumu disini—yang takkan pernah menjemputku”
            Andai aku dapat menutup jurang itu dengan segala cara yang telah kulakukan ; andai kau benar-benar melihatku, andai aku bisa mengutarakannya ; dan andai kau membalas rasaku. Rangkaian kalimat itu bagai mantra yang selalu kuucap disetiap tidur malamku.
            Inspirasiku... aku lelah menyebut namamu disetiap doaku. Aku lelah mengharapkanmu disini. Aku lelah menunggumu. Dan, aku lelah menyebut namamu, karena kau tak pernah menoleh.
            Inspirasi, akankah ada akhir yang bahagia bagi kisah ini?
            Ketika aku melupakan segalanya—melupakan kodratku sebagai seorang wanita, dan mungkin juga rasa maluku sudah terputus sejak pertama kali aku mencintaimu, aku datang kehadapanmu kala itu—sore hari di sekolah yang sepi, dan  aku menyatakannya.
            Inspirasi, akankah cinta ini berlabuh pada dermaga yang indah?
            Meski aku tau, cinta tak mesti memiliki, tapi, ijinkan aku memilikinya...
            Aku berjalan mendekat ke ruang XII IPA3—kelas barumu. Samar-samar kudengar suara tawa didalam sana. Dan selangkah lagi, aku dapat melihatmu didalam sana. Tapi, bukan itu yang terjadi. Aku melihat ada orang lain disana—seorang gadis yang sedang bercanda denganmu dengan memegang buku Fisika dan duduk di seberangmu.
            Aku tutup daun pintu yang membatasiku dengan mereka. Sepintas, kulihat inspirasi tersenyum samar kepadaku.
            Inpirasi, kau benar, cinta tak mesti memiliki...


˟˟˟




Biodata Penulis :

Memiliki nama pena APAUW dan bernama asli MENSISKA JOHANA SUSWANTO. Gadis kelahiran Tegal, 27 april 1995 ini jatuh cinta pada dunia tulis-menulis sejak empat tahun yang lalu. Ia sangat menyukai dunia acting dan dapur. Dan ia bermimpi, masa depannya bisa seindah pelangi.

apauw dapat di hubungi di :                          
Facebook         : Mensiska Johana Suswanto
Twitter            : @missyoe2