Please...

Dear Viewers,
I shared my stories, my flash fiction, or my flash true story.
So, please do not copy what is written here. If you want to copy, please provide the name of the author and the source.

Don't be a silent reader, please!
Tinggalkan jejakmu disini ^^

Thanks ^^

Sabtu, 02 April 2011

Dia Bintang di Hatiku


Dia bilang, orang yang meninggal akan menjadi bintang. Dan dia bilang, bintang jatuh akan mengabulkan permohonan kita. Tapi dia bohong!
Pertemuan pertama kami di sebuah sebuah perpustakaan kota. Ia sedang mencari buku tentang ilmu perbintangan. Dan aku, novel roman tentunya.
Aku percaya, bintanglah yang mempertemukan kami. Bintang yang menyatukan kami. Dia yang bilang begitu padaku. Dan aku percaya padanya.
Kami sangat berbeda. Ia selalu asik dengan pemikiran-pemikirannya. Dengan kerjanya. Sedangkan aku? Aku selalu sibuk dengan gossip-gossip dan juga teman-temanku.
Yah, aku sadar, sebagai bagian hidup dari seorang Steven Moreno aku harus bisa sedikit lebih serius. Dan, kuperhatikan beberapa bulan ini—setelah kami jadian—ia selalu berusaha menyeimbangi kecerewetanku, ia berusaha bercanda denganku. Dan aku suka itu!
Satu hal yang aku tau pasti mengenai Steve. Orang tuanya bercerai ketika ia masih berumur lima tahun. Dan itu membuatnya minder. Apa lagi dengan adanya teman-teman SD-nya meledeknya sebagai anak yang dibuang.
Dia sangat percaya pada bintang. Yeah, kurasa aku juga bisa lebih mendekatkan diriku dengannya karena aku juga percaya ilmu pebintangan, lebih tepatnya Zodiak. Dan dari ramalan zodiakku, aku akan menemukan cinta sejatiku dalam waktu dekat ini.
Aku yakin, pasti dia.
Satu hal yang membuatku merasa sangat berharga. Beberapa bulan terakhir, ia mulai mencoba mengimbangi kecerewetanku. Ia mulai bisa menanggapi candaanku. Bahkan ia juga  sering mengerjaiku.
Suatu hari setelah ia berhasil keluar dari semua tugas-tugasnya, ia memperlihatkan padaku langit yang cerah dan dipenuhi kerlip bintang. Tak ada yang bisa membuatku mengalihkan perhatianku saat itu. Bahkan suaranya yang selalu membuat jantungku berdegup kencang.
“Setiap orang yang meninggal, ia aka tinggal disana...” Ia menunjuk salah satu bintang yang menurutku paling terang. “Dan bintang jatuh bisa mengabulkan permohonanmu.” Aku tersenyum.
Saat itu, kulihat secercah cahaya tertangkap sudut mataku, seketika cahaya itu memanjang dan kemudian menghilang. Kupejamkan mataku dan kuucapkan permohonanku.
Ia memalingkan wajah dan tersenyum melihatku. “Kau lihat, tadi?” Aku mengangguk. Kuharap ia juga mengucapkan permohonannya. Dan, semoga permohonanku dikabukan oleh bintang!
TTT
Mungkin kebahagiaan belum sepenuhnya berpihak padaku. Seminggu setelah acara bintang jatuh itu, aku mendapat kabar bahwa ia mengidap kenker darah. Hal itu sudah terjadi padanya sejak ia masih berumur belasan!
Bodohnya aku, sampai tidak mengetahuinya setelah hampir setengah tahun berhubungan dengannya. Semuanya kini sudah terlambat, dan penyesalan menyerbuku. Andai aku tau lebih awal, andai...andai...andai...
Bintang tidak mengabulkan permohonanku. Dia berbohong padaku. Aku tidak percaya lagi padanya!
Kuusap air mata yang membasahi pipiku. Secercah cahaya kembali tertangkap sudut mataku. Kali ini bukan bintang jatuh.
“Setiap orang yang meninggal akan menjadi bintang,”
Ya, aku tau. Kau bermaksud menunjukan dirimu. Ya, aku percaya. Aku percaya. Bintang adalah dirimu...
Dia bintang dihatiku.

Kau bintang dihatiku,
Terangi setiap langkahku...
[D’Massive]

TTT
“...bintang jatuh bisa mengabulkan permohonanmu.”
Secercah cahaya tertangkap sudut mataku, menarik perhatianku. Bintang jatuh!Kupejamkan mata segera, dan kuucapkan permohonanku.
“Andai ini tidak pernah berakhir,”
Ia menoleh dan tersenyum padaku. Andai ia juga mengucapkan permohonannya. Andai permohonanku terkabul. Bintang, kabulkanlah permohonan kami!
Aku memalingkan wajah untuk melihatnya, “Apa permohonanmu?” tanyaku. Ia hanya tersenyum.

“Semoga aku bisa menjadi bintang yang paling terang untuknya.”

[Johana_Yoe]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading


sincerely,
Mensiska J. Suswanto