Please...

Dear Viewers,
I shared my stories, my flash fiction, or my flash true story.
So, please do not copy what is written here. If you want to copy, please provide the name of the author and the source.

Don't be a silent reader, please!
Tinggalkan jejakmu disini ^^

Thanks ^^

Kamis, 13 Januari 2011

Sejuta Maafku

Kau berjongkok. Sebelah tangannmu menutupi wajahnmu yang murung. Aku tahu ini menyakitkan untuknmu. Aku tahu ini menyedihkan. Tapi kumohong mengertilah, ini keputusanku.
Kau katakan bahwa kau ingin selalu ada disampingku. Tapi aku ingin mendengar kalimat itu bukan darimu. Aku memang egois. Aku tak pernah memikirkanmu. Ini benar-benar tak adil buatmu. Maaf...
Hanya kata maaf yang bisa kuucapkan. Aku tak pintar menghibur seseorang. Apalagi seseorang yang baru kusakiti. Aku hanya akan menyakitimu. Maaf...
Sejak awal kau sudah tau perasaanku padanya. Aku bercerita banyak padamu. Kutumpahkan semuanya padamu.  Tapi, sekarang aku benar-benar mengerti dan merasakan apa yang kau rasakan saat ini. 
Aku hanyalah gadis bodoh yang menyukai temanku sendiri. Kau pasti juga merasa bodoh waktu kau menyadari bahwa kau menyukaiku, temanmu selama 3 tahun.
Kita bertiga adalah teman, tetapi kenapa kita harus menodainya dengan rasa suka yang memang takkan pernah tercapai?  Kau menyukaiku, dan aku malah menyukainya. Kita benar-benar terjebak dalam cinta segitiga yang sangat rumit.
Kau tau bagaimana ekspresi wajahnya saat aku mengatakannya? Matanya membulat manatapku bingung, bibirnya terkunci rapat. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan pelan. Aku tau ia bingung setengah mati. Selama ini hanya ada kata ‘teman’ diantara kita. Tapi, aku hanya ingin mengatakannya dan itu hakku untuk menyukai seseorang, dan mengungkapkannya, bukan?
Kurasa sekarang rasa bersalahku padamu sudah semakin berkurang. Karena aku juga merasakan apa yang kau rasa.
Sekarang aku benar-benar kesepian. Tapi apa jadinya, jika aku menerimamu, dan aku tak pernah mengungkapkan perasaanku padanya? Apa kita masih sama seperti dulu? Tapi aku tak mungkin mengorbankan dirimu. Maaf, aku benar-benar egois. Pantas ia menolakku. Dan aku juga sebaiknya tak bersama denganmu.
Sekolah benar-benar terasa sepi hari ini. Walaupun semua murid yang sekiranya berjumlah 400 orang hadir dikantin sekolah saat ini juga. Walau terjadi kebakaran di kantin saat ini juga. Tak ada kau dan dia benar-benar serasa mati.
          Benar-benar hampa hidup tanpa seorang teman yang telah menemaniku selama 3 tahun terakhir.  Ingin kulangkahkan kakiku kedepanya, dan kukatakan, kembalilah seperti dulu, dan aku tak apa-apa.
          Dan kemudian akan kuangkat wajahku untuk menatapmu. Dan akan kukatakan, maafkan aku, tapi megertilah bahwa ini adalah keputusanku.
          Tapi saat itu tiba, kulihat kau berjongkok, dan sebelah tanganmu menutupi wajahmu yang memerah. Aku tau ini menyakitkan untukmu, maaf... aku tak memilihmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading


sincerely,
Mensiska J. Suswanto