Please...

Dear Viewers,
I shared my stories, my flash fiction, or my flash true story.
So, please do not copy what is written here. If you want to copy, please provide the name of the author and the source.

Don't be a silent reader, please!
Tinggalkan jejakmu disini ^^

Thanks ^^

Rabu, 08 September 2010

Miracle of Love

ni cerpen aku yang lain...sebenernya judulnya bukan thu..tp di ganti...biar lebih keren gitu...heeheh.....met enjoy deh!


Semua seperti tidak nyata. Semua ini benar-benar di luar pikiranku semula. Aku benar tak pernah menyangka akan terjadi seperti ini. Tapi, mungkin Tuhan punya hiikmah di balik semua ini. Semoga saja. Aku berdoa.

“Gara-gara kamu sih!”keluh Rena Milliyana kepadaku.

“Kenapa kamu yang marah. Aku tahu semua ini gara-gara aku, tapi kamu ‘kan nggak kenapa-kenapa. Justru yang jadi korban itu aku. Heran deh kenapa kamu yang sewot!”

“Iya. Sudut pandangmu yang bilang kalau yang jadi korban itu cuma kamu.”

“Cuma aku? Berarti ada yang lain dong?” tanyaku.

“Hallo, tentu saja itu aku. Kamu pikir kenapa dari tadi aku ngomel-ngomel nggak karuan? Hah?”suaranya meninggi.

Kepalaku seketika jadi pusing. Rasanya berat sekali setelah mendengar sesuatu yang sebelumnya tidak terpikirkan olehku.

Rasanya baru kemarin kejadian ‘salah tembak’ terjadi. Sekarang aku mendengar kenyataan bahwa sahabatku sendiri menyukai korban ‘salah tembak’ku. Mungkin kenyataannya akan lebih baik jika waktu itu aku tak membenarkan ucapan’nya’ mengenai aku yang sengaja menembaknya. Tapi kini sudah amat terlambat. Gebetanku pun sudah ilfeel padaku.

“Apa? Maksud kamu?”

“Nggak usah pura-pura nggak ngerti!”dia belari sambil membanting pintu kelas.

$$$

“Kenapa? Sakit kepala? Sakitnya kambuh lagi?”Tanya Kak Zen.

“Hah? Memangnya kenapa?”tanyaku tanpa memperlambat langkahku sedikitpun. Menolehpun tidak.

“Habis dari tadi diem aja. Kamu nggak papa ‘kan?”

“Oh, itu, nggak papa kok.”aku memaksakan senyum sambil sedikit menoleh atas perhatiannya.

$$$

“Kemaren kamu pulang bareng Kak Zen ‘kan?”Tanya sebuah suara sinis dibelakangku. Rena.

“Na, sorry. Aku nggak bermaksud nyakitin kamu. Kalau tahu kamu suka sama dia, so, pasti nggak bakal aku mau ngeiyain dia. Na, janji deh aku putusin dia kalau ada waktu yang pas.Janji!”aku langsung nyerocos.

“Dan waktu yang tepat itu sekarang!”suaranya sudah mulai turun.

“Oke, aku putusin dia sekarang.”ujarku mantap.

$$$

“Kak!”

“Kenapa? Kangen?”Zen mencoba bercanda.

Aku tetap diam mencari kata yang tepat.

“Kenapa?” untuk kesekian kalinya dia bertanya begitu.”Kamu nggak suka joke aku barusan ya? Sorry,deh! Eh, nanti pulang kita mam…”

“KAK, AKU MAU KITA PUTUS!”

“Eh, aku nggak denger kamu barusan ngomong apa. Coba ulangi.” Kak Zen memansang tampang ‘biasa saja’. Berarti dia nggak bo’ong.Dia bener-bener nggak denger.

“Aku mau putus.” ulangku lirih.

“Kamu yakin?”

Aku menengadah. Lalu, dengan perlahan namun berarkhir pasti, aku mengangguk kecil.

Mukanya menjadi pusat pasi, matanya terlihat tak bercahaya. Bertolak belakang sekali saat di melontarkan joke tadi. Aku jadi merasa tidak enak hati kepadanya. Maaf ya kak!

$$$

Entah perasaan apa ini. Yang pasti rasanya ingi menangis saja. Tuhan, inikah hikmah yang kau beri atas semuanya? Aku berjalan tanpa arah.

Tiba-tiba aku teringat, aku pernah membaca novel remaja yang ceritanya tentang remaja perempuan memutuskan pacarnya karna alasan yang sama denganku. Sahabatku mencintai pacarku. Seharusnya aku marah. Tapi, aku tahu, kisahku tak akan berakhir seperti remaja perempuan itu. Alasannya klise, karna aku tak mencintai pacarku.

Ini semua terjadi gara-gara aku yang ceroboh ini,bisa-bisanya menatap orang lain di saat sedang menembak seorang cowok. Itu semua karena aku grogi.

Aku menengadah ke langit sore. Sudah pukul berapa sekarang? Ah, disitu ada seorang bapak yang sedang duduk-duduk di taman sendirian. Aku menghampirinya.

“Maaf,pak. Ini namanya jalan apa ya,pak? Trus sekarang jam berapa.pak?”

Tidak ada sahutan.

“Pak?”

“Dia ayah saya. Beliau memang sedikit tuli. Siapa namamu? Apa kau tersesat? Sebutkan saja alamatmu, biarku antar saja. Sudah petang.”ujar seorang pria berusia sekitar 22 tahun didepanku sambil memegang dua buah botol minuman.

Oh God! Ini dia hikmah dari semua ini. Thanks untuk cowok cakepnya, Tuhan!

2 komentar:

  1. trus yg co ny ini sahabat mu suka lagi aja, jadi critanya panjang 8-I

    BalasHapus
  2. yamg mana?cwo e ada 2...
    sebelumnya thx dah mau mengkritik ceepen saya..
    wesss, bahasanya baku sekali bukan?

    BalasHapus

Thankyou for reading


sincerely,
Mensiska J. Suswanto