Please...

Dear Viewers,
I shared my stories, my flash fiction, or my flash true story.
So, please do not copy what is written here. If you want to copy, please provide the name of the author and the source.

Don't be a silent reader, please!
Tinggalkan jejakmu disini ^^

Thanks ^^

Minggu, 17 Februari 2013

Sharing


Beberapa waktu lalu,
 seperti biasa, aku, saudara kembarku dan juga mamaku duduk-duduk di salah satu meja di restaurant ibuku.
Saat itu, maghrib hampir tiba.

Tiba-tiba saudara kembarku berseru padaku : "Apao, Ujian Nasional kita harus bagus. Kita harus total ya." saudara kembarku itu sangat bersemangat.
Lalu kubalas, "Iya, tapi aku nggak yakin bisa."
"Lha, kan kamu mau ikut program beasiswa di STP Trisakti..."
"Iya tapi nggak yakin bisa."
Lalu mamaku yang mendengar pembicaraan dua anaknya itu menyahuti,
"Mau ikut apa??"
"Itu lho mah, si Apao mau ambil program beasiswa penuh di STP Trisakti."
saudara kembarku menjawab.
"Trisakti itu dimana?" tanya mama lagi.
"Setahuku si di deketnya UNTAR mah. jadi nanti kalo apao keterima, nanti apao sama achien deketan."
Saudara kembarku ini kebetulan sejak bulan Desember kemarin telah mendapat beasiswa seratus persen dari UNTAR karena prestasinya di sekolah.
"Syaratya apa?" mamaku bertanya lagi.
"Niliai Ujian Nasionalnya Apao harus sembilan mah." Jawab saudara kembarku lagi. Rupanya saudara kembarku ini senang sekali jika aku mengambil program beasiswa ini.
"Hah? Sembilan?"
"Ya, bukan sembilan sih. Tepatnya delapan koma lima per mata pelajarannya, mah." kali ini aku yang menyahut.
"Nggak usah kaya gitu lah. Nggak usah mimpi tinggi-tinggi. Kalo buat dapet nilai tujuh aja kamu susah, ya nggak usah mimpi dapet nilai sembilan!" entah kenapa aku nggak percaya mamah bisa mengatakan itu padaku.
Aku tahu, aku anak yang bodoh. Tapi bukan berarti aku harus menghentikan mimpiku untuk menjadi seorang koki kan?
Aku sakit hati dengan perkataan mama saat itu.
Tapi, rupanya saudara kembarku mencoba membelaku.
"Tapi, mah, kata Pak Ay (guru olahragaku), yang penting mimpi dulu, masalah terwujud ato nggaknya urusan belakangan. yang penting jadikan itu motivasi mah. Siapa tahu dengan adanya ini bisa memotivasi apa biar nilainya bagus..."
"Ya, tapi kalo emang nggak mampu ya nggak usah dipaksain. Kamu dapet beasiswa 100% di UNTAR aja udah bener-bener ngebantu mama. Mama masih bisa kok ngebiayain apao."
Setelah pembicaraan itu, diam-diam aku masuk kamar dan menangis.


Cerita lainnya, waktu itu saat makan malam, aku bercerita pada mamaku bahwa aku di calonkan oleh teman-teman sekelas untuk menjadi ketua panitia Year Book.. yaaa meskipun aku dipilih karena tidak ada anak lain yang mau.. tapi aku senang.
"Mah..mah...mah... Apao di calonin sama temen-temen buat jadi ketua panitia buku tahunan lhooo." pamerku.
Semula mama hanya diam, kemudian menjawab "Nggak usah bangga!"
"Kenapa?" mau nggak mau aku mataku mulai terasa panas.
"Mama lebih suka kamu belajar aja."
Kemudian aku mendengar kakak laku-lakiku tertawa sumbang tepat di depan telingaku. Aku mengangis lagi...
Malam itu aku bersumpah aku harus menjadi ketua panitia Buku Tahunan sekolahku.
Sekarang, meskipun aku tahu aku tidak terpilih untuk menjadi ketua panitia Buku Tahunan, namun aku tetap berusaha melakukan yang terbaik untuk masa depannku.
Sekarang yang perlu aku lakukan adalah belajar dengan tekun untuk mendapatkan beasiswa tersebut.

PS : blog, kau memang teman terbaikku. Kau tak pernah mengeluh akan semua cerita-ceritaku. Kau selalu menerimaku...
Terima kasih...

Dari seseorang yang sedang berusaha dan akan selalu berusaha,
Apauw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading


sincerely,
Mensiska J. Suswanto