Please...

Dear Viewers,
I shared my stories, my flash fiction, or my flash true story.
So, please do not copy what is written here. If you want to copy, please provide the name of the author and the source.

Don't be a silent reader, please!
Tinggalkan jejakmu disini ^^

Thanks ^^

Senin, 03 Januari 2011

Kisah ini, Kisah Yang Kukenang

Aku melihat mama menangis, kakak laki-lakiku membanting gelas. Dan papah hanya diam terpaku.
Aku tidak tau apa-apa, itu yang hanya bisa dipikirkan oleh anak berumur 10 tahun sepertiku. Aku hanya berani memegang sebuah boneka beruang tua, yang dulunya milik kakak perempuanku yang sekarang sudah menjadi milikku karena kakakku sudah terlalu tua untuk masih memilikinya.
            Kupeluk boneka itu erat, Brian nama boneka itu.
            Sebenarnya, aku ingin menangis, tapi sumpah aku tidak tau apa-apa, dan kenapa aku ingin menangis.
            Kulihat mama dan kakak perempuanku mengangkut kardus-kardus berisi pakaian keluar rumah. Disisi lain, kulihat kakak laki-lakiku sedang bersujud di depan ayahku.
            Oh, Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi disini?
            Aku hanya menurut ketika kakak perempuanku menggandengku keluar rumah dan membawaku ke suatu tempat yang asing bagiku.
            “Mulai sekarang, ini rumah kita.” Itu ucap kakak perempuanku. Aku hanya menatap rumah itu dengan sedih. Kenapa harus disini? Kenapa tidak disana saja? Bagaimana dengan boneka-bonekaku yang lain?

TTT


            Kuikat tali sapatuku sekencang mungkin. Sudah kupastikan aku akan berlari hari ini. Jam sudah sejak tadi bertengger di angka delapan. Dalam waktu 30 menit aku sudah harus sampai di cafe.
            Musim semi datang. Daun-daun berjatuhan menemani perjalananku pagi ini. Sekali-kali aku berlari agar aku bisa segera sampai di halte.
            “Mama...”
            Kuarahkan pandanganku kesebuah rumah kecil yang di dominasi warna cokelat. Kulihat seorang anak yang minta digendong oleh ibunya. Anak itu manis sekali. Bajunya yang berenda berwarna merah jambu, boneka beruanya yang kecil, tangannya yang gemuk, matanya yang besar.
            Kuperhatikan mereka dari kejauhan. Ibu itu segera menggendong anak itu. Duh, bahagianya. Sepertinya mereka tak melihatku yang sedang memperhatikan mereka. Aku jadi semakin bebas melihatnya.
            Aku benar-benar terharu ketika kulihat seseorang datang dengan mobilnya yang berwarna hitam metalik dan turun kemudian menggendong anak itu. Sang ibu itu masuk dan membiarkan mereka berdua.
            Spertinya itu ayahnya. Ia membawakan sebuah boneka Barbie. Anak itu menangis. Anak itu mungkin memang tak tahu apa-apa. Tapi aku yakin ia mengerti keadaan keluarganya.
            Kulanjutkan perjalananku. Aku tau, bagaimanapun kisahku itu, selalu menjadi bagian hidupku. Selalu ada dalam memori masa kecilku. Hal yang menyakitkan, memang.
            Tapi, percayalah, ada beberapa sisi yang membuatku tegar dan bangga akan diriku. Aku tidak tumbuh menjadi anak yang tidak bisa apa-apa dan bergantung. Yakinlah, kisah ini, adalah kisah yang kukenang. Selamanya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thankyou for reading


sincerely,
Mensiska J. Suswanto