Please...

Dear Viewers,
I shared my stories, my flash fiction, or my flash true story.
So, please do not copy what is written here. If you want to copy, please provide the name of the author and the source.

Don't be a silent reader, please!
Tinggalkan jejakmu disini ^^

Thanks ^^

Selasa, 06 Juli 2010

Victory

Guys, nicerpen aku yanglain...Baca ya! ^^

Kau tahu apa yang benar-benar kuinginkan saat ini, detik ini juga

Air.

Ya. Air. Aku butuh air! Seseorang tolong aku, berikan aku air! Setetespun tak apa. yang terpenting ada air yang mengalir melewati kerongkonganku yang sudah 2 hari kering, setetespun sungguh tak apa.

Akh! tangan kiriku kesemutan. Sial! Aku berusaha menggeser tubuhku sedikit ke kanan karena runtuhan tembok yang menimpaku dari atas hanya meninidih sebagian tubuh sebelah kiriku.

Kucoba menariknya pelan-pelan. Pertama, kerena kalau terlalu keras, nanti malah tanganku sendiri yang akan terluka. Kedua, tenagaku sangat minim. Sreg! Jemari kiriku menggapai sesuatu yang basah. Setelah aku mengintipnya, ya ampun! Boonie, anjing peliharaan Ibu berlumuran darah terimpa tembok yang sama denganku.

“Arrgh!” aku mendesis pelan. Pertama, karena kerongkonganku sakit. Kedua, Suaraku hampir hilang. Aku berusaha menarik tangan kiri perlahan. Tangan yang satunya berusaha mengangkat dengan sekuat tenaga tembok yang menindih sebagian tubuhku.

Perlahan kuangkat sebisa mungkin, lalu kutarik tangan kiriku. Yak! Tubuhku bergeser sedikit. Kucoba dengan cara itu berkali-kali. Hasilnya, tinggal lengan kiri kebawah yang masih terjepit. Alasan pertama, karena tenagaku sudah benar-benar habis. Kedua, sepertinya tangan kiriku itu sedikit retak atau bisa di bilang patah. Habis, kalau di gerakkan sedikit saja rasanya sakit sekali.

Akhirnya, aku cuma bisa pasrah, berdoa, menanti sambil mengumpulkan tenaga yang baru lagi untuk bertahan hidup. Uuh, aku benar- benar haus, nih! Akhirnya kurasakan mataku berat dan didukung badan yang 100% pegal-pegal, tertidurlah aku.

Dalam tidurku, aku bermimpi. Aku sedang berbaring di kasur yang empuk dan putih bersih. Lalu aku mengedarkan mataku, putih.

Kuturunkan kedua kakiku yang telanjang. Lalu mataku menagkap bayanganku sendiri di kaca pojok ruangan. Mengenakan gaun berlengan pendek putih dengan rambut tergerai bebas menjuntai sampai ke punggung dan….. itu aku!

Aku masih tak percaya, kulihat lengan kiriku, tak ada pembalut, gips, atau semacamnya. Bahkan tak ada luka-luka tergores saat aku berusaha menggeser tubuh bagian kiriku. Aku mulai bertanya-tanya ada apa sebenarnya? Dimana ini? Siapa yang membawaku kesini?

Lalu, Boonie berlari dengan cerianya kearahku. Biasanya dia hanya baegitu jika mendapat hadiah atau sehabis jalan-jalan. Kenapa dia seceria itu? Kulihat di belakangnya ada kakek. Apa? Lalu disusul ada nenekku. Dan semua saudara yang sudah berpulang ada dihadapanku.

OMG!

Aku tak bisa percaya dan tak akan. Aku tak tahu mau berbuat apa. Lalu, tanpa kusadari, aku mundur beberapa langkah, lambat lalu semakin cepat. Aku merasakan dari tadi tak menjejaki tanah. Lalu ku tengok ke kakiku.

OMG!

Dibawah tidak ada apa-apa! Yang ada hanya benda-benda berwarna kapas, bentuknya seperti awan.

HHWWAA!!

Aku terjatuh, tapi tak tampak ada dasar dari jurang ini.

$$$

Kurasakan cipratan air. Kerongkongankupun sudah tidak kering lagi. Kubuka mataku.

“Ahh!” terdengar suara dalam seorang laki-laki. Rupanya dia yang menolongku dan mencipratkan air tadi. “Rupanya kau sudah sadar. Syukurlah!”

Dan, kini kusadari, aku hanya bermimpi tadi. Dan Boonie pasti sekarang merasa bahagia telah berkumpul dengan yang lain dan meningalkan dunia yang fana ini.

“Tadi, kau sempat koma untuk beberapa waktu. Syukur kamu cepat sadar sebelum tiba di rumah sakit.”

Aku mengangkat tubuhku dan sekarang aku terduduk. Mengamati sekitar. Ohh! Ternyata aku berada di dalam ambulans. Disebelahku ada sosok terbujur kaku dengan mata terpejam. Aku melirik takut pada laki-laki tadi. Rupanya dia mengerti ketakutanku. Lalu, dia tersenyum padaku.

“Erkie?”

“Kau lupa sahabatmu itu TNI? Aku dan teman-temanku dikerahkan untuk mengevaluasi korban gempa. Dan kudengar kau juga berada disini saat kejadian. Jadi sekalian. Oya, tangan kirimu patah.”

Dulunya aku tak suka padanya, dia hanya sebagai sahabat bagiku, tapi, kurasa aku mulai menyukainya. Hehehe!

2 komentar:

  1. apau ! like this story =)
    ngarang sendiri??
    ak ajarin yah bikin cerpen

    hahahaha

    BalasHapus
  2. Yang bikin Achien...
    hahaha
    saya cuma bikin kata-kata...

    BalasHapus

Thankyou for reading


sincerely,
Mensiska J. Suswanto